Sabtu, 19 Januari 2013

DEFINISI SOSIOLOGI



Dalam buku Dany Haryanto dan G. Edwin Nugrohadi (2011)
Sosiologi berasal dari kata latin yaitu “socius” yang berarti ‘kawan atau teman’ sedangkan “logos” berarti ‘ilmu pengetahuan’. Sosiologi yang merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya teman dan logos yang dari kata Yunani yang artinya pengetahuan itu diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul “Course De Philoshophi Positive” karangan Auguste Comte (1798-1857).
Sosiologi sudah sudah muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun silam. Namun sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat, baru lahir kemudian di Eropa. Jadi hakikatnya, sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Masyarakat sendiri adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan dan memiliki kepentingan bersama serta memiliki budaya.
Istilah Sosiologi sebagai cabang ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh oleh ilmuwan Perancis, bernama Auguste Comte pada tahun 1842. Comte akhirnya dikenal sebagai bapak sosiologi. Selanjutnya Emile Durkheim, ilmuwan sosial Perancis kemudian berhasil mengambangkan sosiologi sebagai sebuah disiplin akademis yang sistematis kritis.
Herbert Spencer mempublikasikan karyanya “Sociologi” pada tahun 1876. Di Amerika, Lester F. Ward mempublikasikan “Dinamyc Sociologi”. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan sebuah pengatahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiyah yang dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
Sejak awal masehi hingga abad 19, Eropa dapat dikatakan menjadi puast tumbuhnya peradaban dunia, para ilmuwan ketika itu mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia.

Dalam buku Soekanto (2007)
A.    Pitrim Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari:
1.      Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat denga politik dan lain sebagainya);
2.      Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala non-sosial (misalnya gejala geografis, biologis, dan sebagainya);
3.      Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.
B.     Roucek dan Warren mengmukakan bahwa sosiologi adalah yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
C.     William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiyah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial.
D.    J.A.A van Door dan C.J Lammers berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses masyarakat yang bersifat stabil.
E.     Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Selanjutnya menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi stuktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal balik antara kehidupan ekonomi dengan dan segi kehidupan politik, antara kehidupan hukum dan segi kehidupan agama, antara segi kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi dan lain sebagainya. Salah satu proses sosial yang bersifat tersendiri adalah dalam terjadinya perubahan-perubahan di dalam struktur sosial.
Dalam buku J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (2011)
Sosiologi pada hakikatnya bukanlah semata-semata ilmu murni (pure science) yang hanya mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak demi usaha peningkatan kualitas ilmu itu sendiri, namun sosiologi bisa juga menjadi ilmu terapan (applied science) yang menyajikan cara-cara untuk mempergunakan pengetahuan ilmiyah guna memecahkan masalah praktis atau masalah sosial yang perlu ditanggulangi (Horton dan Hunt, 1987:41), seorang ahli sosiologi yang melakukan penelitian tentang tekanan ekonomi atau masalah kemiskinan yang dialami keluarga buruh tani,  misalnya, maka ia adalah seorang ilmuwan murni. Tetapi, kalau peneliti tersebut kemudian meneruskannya dengan melakukan studi mengenai bagaimana cara meningkatkan taraf kehidupan keluarga buruh tani, maka dalam dalam hal ini sosiologi menjadi ilmu terapan. Seorang sosiolog yang bekerja ditataran praktis, tidak sekadar meneliti masalah sosial untuk membangun proporsi dan mengembangkan teori, tetapi sosiologi bukanlah seperangkat doktrin yang kaku dan selalu menekan apa yang “seharusnya” terjadi. Melainkan ia adalah semacam sudut pandang baru atau ilmu yang selalu mencoba “menelanjangi” realitas: mengungkap fakta-fakta yang terrsembunyi di balik realitas ysng tampak. Beberapa ciri sosiologi yang inheren adalah pengkuannnya yang rendah hati terhadap realitas dan sifatnya yang subversive. Sosiologi selalu tidak percaya pada apa yang tampak sekilas dan selalu mencoba menguak serta membongkar apa yang tersembunyi (latent) diablik realitas nyata (manifest) karena sosiologi berkeyakinan bahwa “dunia bukanlah sebagaimana nampaknya”, tetapi dunia yang sebenarnya baru bisa dipahami jika dikaji secara mendalam dan diinterpretasikan (Berger dan Kellner, 1985:5).
Kekhususan sosiologi adalah bahwa perilaku manusia selalu dilihat dalam kaitannya dengan struktur-struktur kemasyarakatan dan kebudayaan yang dimiliki, dibagi, dan ditunjang bersama (Veeger, 1958). Berbeda dengan matematika, misalnya, yang objeknya mudah dikenal dan sifatnya pasti –yakni angka-angka– subjek kajian sosiologipaling sulit dimengerti dan diramalkan karena perilaku manusia merupakan persilangan antara individualitas dan sosialitas: keduanya saling mengisi dan meresapi. Sisiologi mempelajari dan perilaku sosial manusia dengan meneliti kelompok yang dibangunny. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, komunitas dan pemerintahan, dan berbagai organisasi sosial, agama, politik, bisnis, dan organisasi lainnya. Sosiolog mempelajari perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri unsur-unsur pertumbuhannya, serta mengnalisis pengaruh kegiatan kelompok terhadap anggotanya (Occupational Outlook Handbook, 1980-1981, US Departement of Labor 1980:431). Masyarakat, komunitas, keluarga, perubahan gaya hidup, struktur, mobilitaas sosial, gender, interaksi sosial, perlawanan sosial, konflik, integrasi sosial, dan sebagainya adalah sejumlah contoh yang memperlihatkan betapa luasnya kajian sosiologi.
Kesimpulan
Kesimpulannya yaitu Sosiologi merupakan suatu disiplin ilmu yang mengkaji masyarakat. Semua perilaku baik dari individu maupun kelompok semua dikaji oleh sosiologi, terkait dengan hubungan-hubungan, interaksi, nilai dan norma, perubahan sosial serta semua unsur yang ada dalam masyarakat itu. Sosiologi mencoba menguak apa yang terjadi di masyarakat dengan sebenar-benarnya sehingga kita mengetahui fakta yang ada di masyarakat untuk kemudian selanjutnya kita menjadi bagian dari solusi atas apa yang terjadi di masysrakat.
Sumber:
Dwi, Narwoko J. dan Bagong Suyanto. 2011. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.
Haryanto, Dany dan G. Edwin Nugrohadi. 2011. Pengantar Sosiologi Dasar. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
Soekanto, Soerdjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

1 komentar:

  1. Bro apakah saya bisa dapat link Soekanto, Soerdjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. saya lagi butuh banget buku itu buat kuliah

    BalasHapus