Dalam
buku Dany Haryanto dan G. Edwin Nugrohadi (2011)
Sosiologi
berasal dari kata latin yaitu “socius”
yang berarti ‘kawan atau teman’ sedangkan “logos”
berarti ‘ilmu pengetahuan’. Sosiologi yang merupakan sebuah istilah yang
berasal dari kata latin socius yang
artinya teman dan logos yang dari
kata Yunani yang artinya pengetahuan itu diungkapkan pertama kalinya dalam buku
yang berjudul “Course De Philoshophi
Positive” karangan Auguste Comte (1798-1857).
Sosiologi sudah sudah muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun silam. Namun sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat, baru lahir kemudian di Eropa. Jadi hakikatnya, sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Masyarakat sendiri adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan dan memiliki kepentingan bersama serta memiliki budaya.
Sosiologi sudah sudah muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun silam. Namun sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat, baru lahir kemudian di Eropa. Jadi hakikatnya, sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Masyarakat sendiri adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan dan memiliki kepentingan bersama serta memiliki budaya.
Istilah
Sosiologi sebagai cabang ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh oleh ilmuwan
Perancis, bernama Auguste Comte pada
tahun 1842. Comte akhirnya dikenal sebagai bapak sosiologi. Selanjutnya Emile Durkheim, ilmuwan sosial Perancis
kemudian berhasil mengambangkan sosiologi sebagai sebuah disiplin akademis yang
sistematis kritis.
Herbert Spencer
mempublikasikan karyanya “Sociologi”
pada tahun 1876. Di Amerika, Lester F.
Ward mempublikasikan “Dinamyc
Sociologi”. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan sebuah pengatahuan
kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiyah yang dapat
dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
Sejak
awal masehi hingga abad 19, Eropa dapat dikatakan menjadi puast tumbuhnya
peradaban dunia, para ilmuwan ketika itu mulai menyadari perlunya secara khusus
mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya
membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap
tahap peradaban manusia.
Dalam
buku Soekanto (2007)
A. Pitrim Sorokin
mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari:
1. Hubungan
dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya
antara gejala gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan
ekonomi, gerak masyarakat denga politik dan lain sebagainya);
2. Hubungan
dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala non-sosial
(misalnya gejala geografis, biologis, dan sebagainya);
3. Ciri-ciri
umum semua jenis gejala-gejala sosial.
B. Roucek dan Warren
mengmukakan bahwa sosiologi adalah yang mempelajari hubungan antara manusia
dalam kelompok-kelompok.
C. William F. Ogburn dan Meyer F.
Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian
secara ilmiyah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial.
D. J.A.A van Door dan C.J Lammers
berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur
dan proses-proses masyarakat yang bersifat stabil.
E. Selo Soemardjan
dan Soelaeman Soemardi menyatakan
bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur
sosial dan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Selanjutnya
menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi stuktur sosial adalah
keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah
sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta
lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara
pelbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal balik antara
kehidupan ekonomi dengan dan segi kehidupan politik, antara kehidupan hukum dan
segi kehidupan agama, antara segi kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi
dan lain sebagainya. Salah satu proses sosial yang bersifat tersendiri adalah
dalam terjadinya perubahan-perubahan di dalam struktur sosial.
Dalam buku J. Dwi
Narwoko dan Bagong Suyanto (2011)
Sosiologi
pada hakikatnya bukanlah semata-semata ilmu murni (pure science) yang hanya mengembangkan ilmu pengetahuan secara
abstrak demi usaha peningkatan kualitas ilmu itu sendiri, namun sosiologi bisa juga
menjadi ilmu terapan (applied science)
yang menyajikan cara-cara untuk mempergunakan pengetahuan ilmiyah guna
memecahkan masalah praktis atau masalah sosial yang perlu ditanggulangi (Horton
dan Hunt, 1987:41), seorang ahli sosiologi yang melakukan penelitian tentang
tekanan ekonomi atau masalah kemiskinan yang dialami keluarga buruh tani, misalnya, maka ia adalah seorang ilmuwan
murni. Tetapi, kalau peneliti tersebut kemudian meneruskannya dengan melakukan
studi mengenai bagaimana cara meningkatkan taraf kehidupan keluarga buruh tani,
maka dalam dalam hal ini sosiologi menjadi ilmu terapan. Seorang sosiolog yang
bekerja ditataran praktis, tidak sekadar meneliti masalah sosial untuk
membangun proporsi dan mengembangkan teori, tetapi sosiologi bukanlah
seperangkat doktrin yang kaku dan selalu menekan apa yang “seharusnya” terjadi.
Melainkan ia adalah semacam sudut pandang baru atau ilmu yang selalu mencoba
“menelanjangi” realitas: mengungkap fakta-fakta yang terrsembunyi di balik
realitas ysng tampak. Beberapa ciri sosiologi yang inheren adalah pengkuannnya
yang rendah hati terhadap realitas dan sifatnya yang subversive. Sosiologi
selalu tidak percaya pada apa yang tampak sekilas dan selalu mencoba menguak
serta membongkar apa yang tersembunyi (latent)
diablik realitas nyata (manifest)
karena sosiologi berkeyakinan bahwa “dunia bukanlah sebagaimana nampaknya”,
tetapi dunia yang sebenarnya baru bisa dipahami jika dikaji secara mendalam dan
diinterpretasikan (Berger dan Kellner, 1985:5).
Kekhususan
sosiologi adalah bahwa perilaku manusia selalu dilihat dalam kaitannya dengan
struktur-struktur kemasyarakatan dan kebudayaan yang dimiliki, dibagi, dan
ditunjang bersama (Veeger, 1958). Berbeda dengan matematika, misalnya, yang
objeknya mudah dikenal dan sifatnya pasti –yakni angka-angka– subjek kajian
sosiologipaling sulit dimengerti dan diramalkan karena perilaku manusia
merupakan persilangan antara individualitas dan sosialitas: keduanya saling
mengisi dan meresapi. Sisiologi mempelajari dan perilaku sosial manusia dengan
meneliti kelompok yang dibangunny. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku
bangsa, komunitas dan pemerintahan, dan berbagai organisasi sosial, agama,
politik, bisnis, dan organisasi lainnya. Sosiolog mempelajari perilaku dan
interaksi kelompok, menelusuri unsur-unsur pertumbuhannya, serta mengnalisis
pengaruh kegiatan kelompok terhadap anggotanya (Occupational Outlook Handbook, 1980-1981, US Departement of Labor
1980:431). Masyarakat, komunitas, keluarga, perubahan gaya hidup, struktur,
mobilitaas sosial, gender, interaksi sosial, perlawanan sosial, konflik,
integrasi sosial, dan sebagainya adalah sejumlah contoh yang memperlihatkan
betapa luasnya kajian sosiologi.
Kesimpulan
Kesimpulannya
yaitu Sosiologi merupakan suatu disiplin ilmu yang mengkaji masyarakat. Semua
perilaku baik dari individu maupun kelompok semua dikaji oleh sosiologi,
terkait dengan hubungan-hubungan, interaksi, nilai dan norma, perubahan sosial
serta semua unsur yang ada dalam masyarakat itu. Sosiologi mencoba menguak apa
yang terjadi di masyarakat dengan sebenar-benarnya sehingga kita mengetahui
fakta yang ada di masyarakat untuk kemudian selanjutnya kita menjadi bagian
dari solusi atas apa yang terjadi di masysrakat.
Sumber:
Dwi,
Narwoko J. dan Bagong Suyanto. 2011. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.
Jakarta: Kencana.
Haryanto,
Dany dan G. Edwin Nugrohadi. 2011. Pengantar Sosiologi Dasar. Jakarta: PT. Prestasi
Pustakaraya.
Soekanto,
Soerdjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Bro apakah saya bisa dapat link Soekanto, Soerdjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. saya lagi butuh banget buku itu buat kuliah
BalasHapus