Sabtu, 09 Februari 2013

KHUSYU' DALAM SHALAT


Seseorang dapat dikatakan  khusyu` ketika shalat jika ia meyakini bahwa pada saat itu ia sedang bermunajat kepada Allah SWT. Ia merasakan kehadiran Allah, karena sesungguhnya dia sedang berkomunikasi dengan Allah, mengadu, dan meminta. Dengan kondisi hati yang tunduk pasrah hanya untuk Allah SWT.


Mengenai makna kekhusyu'an itu, Ibnu Abba's menandaskan: "Artinya penuh takut dan khidmad." Al-Mujahid menyatakan: "Tenang dan tunduk."Sementara Ali bin Abi Thalib pernah menyatakan: "Yang dimaksud dengan kekhusyu'an di situ adalah kekhusu'an hati."Lain lagi dengan Hasan al-Bashri, beliau berkata: "Kekhusyu'an mereka itu berawal dari dalam sanubari, lalu terkilasbalik ke pandangan mata mereka sehingga mereka menundukkan pandangan mereka dalam shalat."Imam Atha' pernah berkata:"Khusyu' artinya, tak sedikitpun kita mempermainkan salah satu anggota tubuh kita". Maka, oleh karena itu kekhusyu'an dalam shalat bukanlah sekedar kemampuan memaksimalkan konsentrasi sehingga fikiran hanya terfokus dalam shalat. Namun kekhusyu'an lebih merupakan kondisi hati yang penuh rasa takut, pasrah, tunduk dan sejenisnya; yang membias dalam setiap gerakan shalat menjadi nampak anggun, khidmat dan tidak serampangan. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa khusyu` itu adalah ketundukan merasa hina, dan ketaatan kepada semua perintah Allah SWT. Ketika rasa khusyu` telah didapatkan, seorang hamba akan berdiri di hadapan Rabbnya dengan lebih tunduk dan syahwat diri menjadi redam serta rasa takabur menjadi hilang. Ia menjadi yakin bahwa dirinya sedang bermunajat kepada rabbnya sehingga ia tidak menoleh ke kiri atau ke kanan. Pengaruh hal demikian nampak jelas pada semua anggota tubuh orang yang menunaikan shalat. Ia tidak melakukan kesia-siaan. Tidak memandang ke tembok saja, tidak mengangkat pakaian, tidak bermain-main dengan jenggotnya, tidak pula dengan pakaiannya, dan hal-hal lain yang bisa menghalangi kekhusyu`an dalam shalatnya.
Banyak orang mendefinisikan khusyu` dengan menggunakan acuan peristiwa Ali bin Abi Thalib ketika kakinya terkena anak panah. Ketika anak panah tersebut akan dicabut Beliau mengerang, tak kuat menahan sakit sehingga para sahabat tak tega mencabutnya. Lalu Beliau shalat dengan khusyu’. Dan ketika shalat itu, anak panah dapat dicabut tanpa Ali bin Abi thalib  merasakan kesakitan.
Peristiwa tersebut sangat popular dan memberikan kesan yang kuat bahwa salah satu tanda shalat yang khusyu`  adalah seseorang tidak lagi merasakan sakitnya luka. Seolah-olah ketika shalat dengan khusyu’, kita bisa lepas dari alam dunia. Tidak merasakan apa-apa dan tidak memikirkan apa-apa lagi. Kesan ini diperkuat lagi oleh cerita tentang satria yang sedang bersemedi didalam kisah perwayangan. Diganggu jin dan gendruwo tidak gentar, dikelilingi binatang buas diam saja, dirayu bidadari cantik tidak tergoda. Tahan tidak makan dan minum berhari-hari lamanya. Apakah shalat khusyu’ harus seperti itu? Siapa orang yang paling khusyu' shalatnya di dunia ini? Pasti kita sepakat, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling khusyu' shalatnya. Marilah kita melihat bagaimana Rasulullah melakukan shalatnya.
  1. Pada saat Rosul shalat dan Umamah binti Zainab puteri Nabi berada di atas leher beliau. Apabila beliau ruku’ beliau meletakkannya, dan apabila beliau bangun dari sujudnya, beliau mengambilnya dan meletakkannya kembali di atas leher beliau. Sebagaimana diterangkan dalam riwayat Ahmad dan Nasa’i.
  2. Nabi menyuruh membunuh dua binatang hitam. Yaitu ular dan lipan, walaupun sedang shalat. Sebagaimana diterangkan dalam riwayat Muttafaq `alaih.
  3. Nabi memanjangkan sujudnya ketika shalat karena anak kecil bernama Hasan dan Husain menaiki punggung beliau. Sebagaimana diterangkan dalam riwayat Ahmad, Nasa`i, dan Hakim.
  4. Nabi menjawab salam ketika sedang shalat dengan cara berisyarat dengan tangan. Sebagaimana diterangkan dalam riwayat Ahmad dan Tirmidzi.
  5. Ketika sedang berperang, Nabi mengajarkan shalat khauf. Shalat berjamaah yang dilakukan dengan cara yang unik karena harus tetap dalam kondisi siaga terhadap serangan musuh. Sebagaimana diterangkan dalam riwayat Muttafaq `alaih.

Dari beberapa riwayat tersebut, ternyata ketika shalat, Nabi selalu peka dan tanggap kepada lingkungannya. Beliau tetap mendengar dan melihat apa yang terjadi di sekelilingnya. Lintasan-lintasan pikiran pun tetap ada ketika Beliau shalat. Bahkan jika ada masalah, Beliau mengajarkan kepada kita untuk shalat sunnat dua rakaat. Artinya, ketika shalat, Beliau bukan melupakan suatu masalah, tetapi malah sengaja membawa masalah tersebut dalam shalatnya untuk disampaikan kepada Allah agar diberikan jalan keluarnya. Apa yang Beliau ajarkan sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah SWT : (QS Al Baqarah: 153) 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ÇÊÎÌÈ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar