Jumat, 16 November 2012

SEJARAH SOSIOLOGI



Dalam buku Soerjono Soekanto (2007)

1.      Perhatian terhadap Masyarakat Sebelum Comte
Masa Auguste Comte dipakai sebagai patokan karena sebagaimana dinyatakan di muka Comte yang pertama kali memakai istilah atau pengertian sosiologi. Sosiologi dapatlah dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang relatif muda usianya karena baru mengalami perkembangan sejak masa Comte tersebut. Akan tetapi, di lain pihak, perhatian-perhatian serta pikiran-pikiran terhadap masyarakat manusia telah dimulai jauh sebelum Comte.
Seorang filsuf Barat yang untuk pertama kalinya menelaah masyarakat secara sistematis adalah Plato (429-437 SM), seorang filsuf Romawi. Sebetulnya Plato bermaksud untuk merumuskan suatu teori tentang bentuk negara yang dicita-citakan, yang organisasinya didasarkan pada pengamatan kritis terhadap sistem-sistem sosial yang ada pada zamannya. Plato menyatakan bahwa masyarakat sebenarnya merupakan refleksi dari manusia per-orangan . suatu masyarakat akan mengalami kegoncangan sebagaimana manusia perorangan yang terganggu keseimbangan jiwanya yang terdiri dari tiga unsur yaitu nafsu, semangat dan intelegensia. Intelegensia merupakan unsur pengendali, sehingga suatu negara seyogyanya juga merupakan refleksi dari ketiga unsur yang seimbang atau serasi tadi.
Dengan jalan menganalisis lembaga-lembaga di dalam masyarakat, Plato berhasil menunjukan hubungan fungsional antara lembaga-lembaga tersebut yang pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh. Dengan demikian, Plato berhasil merumuskan suatu suatu teori organis tentang masyarakat, yang mencakup bidang-bidang kehidupan ekonomis dan sosioal. Suatu unsur yang menyebabkan masyarakat berdinamika adalah sistem hukum yang identic dengan moral karena didasarkan pada keadilan.
Aristoteles (384-322 SM) mengikuti sistem analisis secara organis dari Plato. Di dalam bukunya Politics, Aristoteles mengadakan suatu analisis mendalam terhadap lembaga-lembaga politk dalam masyarakat. Pengertian politik digunakannya dalam arti luas mencakup juga berbagai masalah ekonomi dddan sosial. Sebagaimana halnya dengan Plato, perhatian Aristoteles terhadap biologi telah menyebabkannya mengadakan suatu analogi antara masyarakat dengan organisme biologis manusia. Di samping itu, Aristoteles meng-garisbawahi kenyataan bahwa basis masyarakat adalah moral (etika dalam arti yang sempit).
Pada akhir abad pertengahan muncul ahli filsafat Arab, Ibn Khaldun (1332-1406) yang mengemukakan beberapa prinsip pokok untuk menfsirkan kejadian-kejadian sosial dan peristiwa-peristiwa dalam sejarah. Prinsip-prinsip yang sama akan dijumpai bila ingin ingin mengadakan analisis terhadap timbul dan tenggelamnya negara-negara. Gejala-gejala yang sama akan terlihat pada kehidupan masyarakat-masyarakat pengembara dengan segala kekuatan dan kelemahannya. Factor yang menyebabkan bersatunya manusia di dalam suku-suku klan, negara, dan sebagainya adalah rasa solidaritas. Factor itulah yang menyebabkan adanya ikatan dan usaha-usaha atau kegiatan-kagiatan bersama antara manusia.
Pada zaman Renaissance (1200-1600), tercatat nama-nama seperti Thomas More dan Campanella yang menulis City of the Sun. Mereka masih sangat terpengaruh oleh gagasan-gagasan terhadap adanya masyarakt yang ideal. Berbeda dengan mereka adalah N. Machiavelli (terkenal dengan bukunya II Principe) ysng menganalisis bagaimana mempertahankan kekuasaan. Untuk pertama kalinya politik dipisahkan dari moral sehingga terjadi suatu pendekatan yang mekanis terhadap masyarakat. Pengaruh ajaran Machiavellis antara lain suatu ajaran bahwa teori-teori politik dan sosial memusatkan perhatian mekanisme pemerintahan.
Abad ke-17 ditandai dengan munculnya tulisan Hobbes (1588-1679) yang berjudul The Leviathan. Inti ajarannya diilhami oleh hukum alam, fisika, dan matematika. Dia ber-anggapan bahwa dalam keadaaan alamiah, kehidupan manusia didasarkan pada keinginan-keinginan mekanis sehingga manusia selalu saling berkelahi. Akan tetapi, mereka mempunyai pikiran bahwa hidup damai dan tentram adalah lebih baik. Keadaan semacam ini baru dapat tercapai apabila mereka mengadakan suatu perjanjian atau kontrak dengan pihak-pihak yang mempunyai wewenang, yaitu pihak yang dapat memelihara ketentraman. Supaya keadaan damai tadi terpelihara, orang-orang harus sepenuhnya mematuhi pihak yang mempunyai wewenang tadi. Dalam keadaan demikianlah masyarakat dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Dapatlah dikatakan bahwa alam pikiran pada abad ke-17 tadi masih ditandai oleh anggapan-anggapan bahwa lembaga-lembaga kemasyarakatan terikat pada hubungan-hubungan yang tetap. Hanya saja perlu dicatat bahwa sebagai akibat dari keterangan-keterangan yang diperoleh dari  para pengembara dan misionaris, mulai tumbuh anggapan-anggapan tentang adanya relativitas atas dasar lokalitas dan waktu.
2.      Sosiologi Auguste Comte (1798-1853)
Auguste Comte yang pertama kali memakai istilah “sosiologi” adalah orang pertama yang membedakan antara ruang lingkup da nisi sosiologi dari luang lingkup da nisi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dia menyusun sistematika dari filsafat sejarah dalam kerangka tahap-tahap pemikiran yang berbeda-beda. Menurut Comte ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumnya. Tahap pertama dinamakan tahapa teologis atau fiktif, yaitu suatu tahap di mana manusia menafsirkan gejala-gejala di sekelilingnya dengan kakuatan-kekuatan yang dikendalikan roh dewa-dewa atau Tuhan Yang Maha Kuasa. Tahap kedua adalah tahap metafisik, yaitu manusia menganggap bahwa dalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada ahirnya akan dapat diungkapkan. Hal yang terahir inilah yang merupakan tugas ilmu pengetahuan positif, yang merupakan tahap ketiga atau tahap terahir dari perkembangan manusia.
3.      Teori-Teori Sosiologi Sesudah Comte
a.       Mazhab Geografi Lingkungan:
Masyarakat bias berkembang bila ada tempat terpijak dan tempat untuk hidup (Edward Bukle dan Le Plag)
b.      Mazhab Organis dan Evolusioner
Herbet Spencer: melakukan analogi antara manusia dan organisme manusia.
W.G. Summer: mengenai kebiasaan sosial yang timbul secara tak sadar dalam masyarakat (folkway).
c.       Mazhab Formal pengaruh dari Immanuel Kant)
Georg Simmel: untuk menjaga warga masyarakat perlu mengalami proses individualisasi dan soaialisasi
Leopold von Wiese: sosiologi memusatkan perhatian pada hubungan antara manusia tanpa mengaitkan dengan tujuan/kaidah
d.      Mazhab Psikologi
Gabriel Tarde: menjelaskan gejala sosial dalam kerangka reaksi psikis seseorang
Richard H.Cooley: mengembangkan konsep Primary group
L.T House: memusatkan perhatian pada kondisi psikologis kehidupan sosial
e.       Mazhab Ekonomi
Karl Max: mempergunakan metode sejarah dan filsafat untuk membangun suatu teori perubahan
M. Weber: mengungkapkan tentang empat tipe ideal aksi sosial
f.       Mazhab Hukum
Durkheim: hukum yang dihubungkan dengan jenis-jenis solidaritas dalam masyarakat
M.Weber: mengenai empat tipe ideal hukum
L.M Friedman dan Daniel S. Lev: sosiologi hukum.
Doyle Paul Johnson (teori sosiologi klsik dan modern), gramedia pustaka utama, Jakarta, januari 1994

Dalam buku Doyle Paul Johnson (1994)
A.    KONTEKS SEJARAH LAHIRNYA PERSPEKTIF SOSIOLOGI
Sebagai suatu disiplin ilmu akademis yang mandiri, sosiologi berusia kurang dari 200 tahun. Auguste Comte memberikan istilah “sosiologi”, dan dia sering dipandang sebagai bapak disiplin ini. Karya utamanya yang pertama, berjudul The Course of Positive Philosophy, yang diterbitkan antara tahun 1830 dan tahun 1842, mencerminkan suatu komitmen yang kuat terhadap metode ilmiah. Metode ini harus diterapkan untuk menemukan hukum-hukum alam yang mengatur gejala-gejala sosial. Kenyataan sosial harus dibedakan dari tingkat individu. Institusi-institusi sosial dan arah perubahan sosial yang umum dapat dijelaskan hanya menurut prinsip-prinsip atau hukum-hukum yang mengatasi individu atau prinsip-prinsip psikologi individual. Meskipun teori-teori Comte sudah lama tersisih, konsep-konsepnya yang umum mengenai sosiologi sebagai studi ilmiah tentang struktur sosial atau kenyataan sosial masih merupakan pegangan dasar dalam perspektif sosiologi.
Namun demikian, hampir selama hidupnya Comte barada di luar lingkungan akademis, dan disiplin baru yang dia gagaskan itu tidaklah merupakan disiplin yang mapan dan terpandang dalam dunia akademis. Tidak sampai ahir abad ke-19, sosiologi dilembagakan sebagai suatu disiplin akdemis di bawah pengaruh Emile Duekheim.
B.     AKAR-AKAR SEJARAH TEORI SOSIOLOGI
Sumber-sumber sejarah yang penting dalam teori sosiologi dapat kita lihat secara umum berikut ini:
1.      Politik Ekonomi Laissez-Faire ala Skotlandia-Inggris  dan Utilitarianisme Inggris
Teori-teori ini sangat bersifat individualistik dan memandang manusia itu pada dasrnya bersifat rasional, selalu menghitung dan mengadakan pilihan yang dapat memperbesar kesenangan pribadi atau keuntungan pribadi, dan mengurangi penderitaan atau menekan biaya. Penerapan yang paling nyata dari pandangan ini dapat dilihat dalam pasar ekonomi, di mana menurut ahli-ahli ekonomi klasik seorang “manusia ekonomi” mementingkan perhitungan dalam menentukan pilihan-pilihan seperti yang kita lihat di atas. Asumsi yang sama juga penting dalam teori-teori klasik mengenai kejahatan dan hukuman; penderitaan hukuman harus lebih berat dari keuntungan atau kenikmatan yang diperolehnya karena perbuatan kejahatannya itu.
2.      Positivisme Prancis Sesudah Revolusi
Pendekatan ini diwakili oleh St. Simon dan Comte pada awal pertengahan abad Sembilan belas, dan oleh Durkheim pada ahir anad kesembilan belasdan awal abad kedua puluh. Kata “positivisme” menunjukan pada pendekatan terhadap pengetahuan empiris. Menurut pendekatan ini, semua yang kita tahu ahirnya berasal dari pengalaman inderawi atau data empiris. Hal ini memperlihatkan suatu perubahan dari pandangan tradisional yang menerima wahyu atau tradisi sebagai suatu sumber pengetahuan yang lebih mendasar daripada yang diperoleh lewat indera manusia. Tetapi menurut kaum positivis, wahyu dan kepercayaan-kepercayaan hanyalah tahayul belaka, yang menurut mereka pasti akan diganti oleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan mencakup suatu pendekatan sistematis dalam mengumpulkan data empiris dan tujuan untuk menmukan hukum-hukum alam. Suatu hukum alam hanyalah merupaka satu pertanyaan mengenai suatu keseragaman hubungan yang terdapat di antara gejala-gejala empiris.
3.      Historisme Jerman
Berlawanan dengan positivisme Prancis, tradisi historisme Jerman menekankan pebedaan antara ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial. Hukum-hukum alam menentukan peristiwa-peristiwa dalam dunia  fisik, tetapi dunia manusia adalah dunia kebebasaan dan pilihan-pilihan yang bersifat sukarela, tidak seperti huku-hukum fisk atau hukum alam yang deterministik. Mengandaikan bahwa manusia tunduk pada jenis hukum yang sama seperti gejala-gejala alam berarti menyangkal kebebasaan manusia.


4.      Pragmatism Amerika dan Psikologi Sosial
Sebagian besar sosiologi Amerika masa kini mencerminkan akar-akar yang sudah ditanamkan di Eropa seperti yang baru kita diskusikan. Teori-teori Eropa dimasukkan dalam perspektif sosiologi Ameriks oleh Talcot Persons dan lain-lain. Sumbangan Amerika yang penting terutama dalam perkembangan psikologi sosial, khususnya perspektif interaksio-nisme simbol. Perkembangan ini dikaitkan dengan aliran Chicago tahun 1920 sampai tahun 1930.

Dalam buku Hotman M. Siahaan  (1986)
BEBERAPA SUMBER LATAR BELAKANG PEMIKIRAN COMTE
Ada beberapa sumber penting yang menjadi latar belakang yang menentukan jalan pikiran Comte, yaitu:
1. Revolusi Perancis dengan segala aliran pikiran yang berkembang pada masa itu. Comte tidaklah dapat dipahami tanpa latar belakang revolusi Perancis dan juga pestorasi dinasti Burbon di Perancis pada masa itu. Pada masa mana menimbulkan krisis sosial yang maha hebat di negeri itu. Sebagai seorang ahli piker, Comte berusaha untuk memahami krisis yang terjadi tersebut. Dan dia berpendapat bahwa manusia tidaklah dapat keluar dari krisis sosial yang terjadi itu tanpa melalui pedoman-pedoman berpikir yang bersifat scientific. Revolusi itu oleh karenanya merupakan stimulus bagi pikiran Comte sendiri.
2. Sumber lain yang menjadi latar belakang pemikiran Comte adalah filsafat sosial yang berkambang di Perancis pada abad ke-18, khususnya filsafat yang dikembangkan oleh para penganut paham Encyclopedist Perancis. Comte banyak menyerap ajaran filsafat kaum encyclopedist ini, terutama dasar-dasar pikirannya, sekalipun kelak dia mengambil posisi tersendiri setelah keluar dari aliran ini.
3. Sumber ketiga adalah aliran reaksioner dari pada ahli pikir Theocratic, terutama yang bernama De Maistre dan De Bonald. Aliran reaksioner dalam pemikiran Katolik Roma adalah aliran yang menganggap bahwa abad pertengahan di mana kekuasaan gereja sangat besar, adalah periode organis, yaitu suatu peiode yang dapat secara paling baik memecahkan berbagai masalah sosial. Aliran ini oleh karena itu menentang pendapat para ahli yang mengatakan bahwa abad pertengahan adalah abad di mana terjadinya stagnasi di dalam ilmu


pengetahuan, karena kekuasaan gereja yang demikian besar di segala lapangan kehidupan. Comte telah membaca karya-karya pemikir theocratic di bawah pengaruh Saint Simont. Sebagaimana diketahui, Saint Simont juga menganggap bahwa abad pertengahan adalah periode organic yang bersifat konstruktif.
5.      Sumber terahir yang melatarbelakangi pikiran Comte adalah lahirnya aliran yang dikembangkan oleh para pemikir sosialistik, terutama yang diorakarsai oleh Saint Simont. Comte telah membanguna hubungan yang paling erat dengan Saint Simont juga dengan para ahli piker Sosialist Perancis lainnya. Dan seperti itu juga mereka, Comte di satu pihak akan membangun ilmu pengetahuan sosial yang bersifat scientific. Sebenarnya Comte memiliki sikap tersendiri terhadap aliran ini; tetapi sekalipun demikian, dasar-dasar aliran masih tetap dianutnya, terutama pemikiran mengenai pentingnya suatu pengawasan kolektif terhadap masyarakat, dan mendasar-kan pengawasan tersebut di dalam suatu dasae bersifat scientific.

Dalam buku Drs. Syfri Hamid, M.Pd (1992)
Sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, sisiologi masih muda usia, tepatnya baru lahir sejak pertengahan abad ke-19, setelah meletusnya dua revolusi besar di Eropa yaitu Revolusi Perancis tahun 1789 dan Revolusi Industri di Inggris tahun 1850. Kedua revolusi tersebut menimbulkan perubahan besar terhadap kehidupan masyarakat Eropa Barat. Maka sejak itu ahli-ahli masyarakat Eropa mencurahkan perhatiannya dengan tekun mempelajari dan menyelidiki masalah-masalah kemasyarakatan.
Orang pertama yang menggunakan istilah sosiologi bernama Auguste Comte pengarang bangsa Perancis. Ia juga diberi julukan “datuk”-nya sosiologi, setelah ia menulis kitab Cours de Philosophic Positive tahun 1842 dan System de Politique ou Traits de Sociologic, Institut la Religion de l’humanits tahun 1854. Comte membagi lingkupan sosiologi menjadi statistika yaitu bagian dari sosiologi yang menerangkan hal-hal yang berhubungan dengan dasar-dasar pergaulan hidup manusia yang tidak mengalami perubahan, seperti struktur sosial, nilai-nilai dan lembaga-lembaga sosial, kemudian bagian yang dinamika, yaitu bagian dari studi sosiologi yang mempelajari masyarakat dalam keadaan dinamik, yaitu dasar-dasar perubahan masyarakat dan perkembangannya beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Comte mengecam keras dua jalan pikiran yang berkembang pada jamannya itu pukiran berdasarkan agama, dan yang  kedua jalan pikiran yang berdasarkan filsafat. Menurut jalan pikiran yang pertama orang menetapkan hal-hal tidak diselidiki lebih lanjut, orang percaya saja meskipun tidak masuk akal, sedangkan pada jalan yang kedua orang menentuka kesimpula-kesimpulan yang meskipun masuk akal tetapi tidak nyata. Comte tidak setuju dengan kedua jalan pikiran itu dan hendak mencoba menggantinya dengan dengan jalan pikiran yang baru. Ia berpendapat cara berpikir yang logis memang baik, akan tetapi harus dikoreksi dan diperbaiki dengan memperhatikan kenyataan-kenyataan. Apakh kesimpulan dari pikiran yang logis itu sudah cocok dengan kenyataan-kenyataan yang sebenarnya, itulah yang harus ditemukan jalan pikiran baru yang dilanjutkan Comte itu disebut positivisme atau filsafat positif.

Setelah dirintis oleh Comte, terasa sekali kegunaan sosiologi sebagai ilmu pengtahuan khusus yang mempelajari kehidupan bersama manusia dalam masyarakat. Sejak itu sosiologi mengalami perkembangan pesat terutama di Perancis, Jerman, Inggris dan Amerika Serikat.

Sumber Bacaan :
Hamid, Syafri. 1992. Pokok-pokok Sosiologi dan Sosiologi dalam Islam: Bandung. Yadia.
Johnson, Doyle Paul. 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern: Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Siahaan, Hotman M.. 1986. Pengantar kearah Sejarah dan Teori Sosiologi: Jakarta. Penerbit Erlangga.
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar: Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar